Kembali ke Alam di Kawasan Adat Ammatoa Where Your Journey Begins


Pasang ri Kajang, Nilai Luhur Desa Adat Ammatoa di Bulukumba

Menurut dia, sudah lama merencanakan mengunjungi kawasan adat Ammatoa Kajang yang terkenal dengan budaya dan kearifan lokalnya menjaga lingkungan, namun karena pandemi COVID-19 sempat terhalang. "Sekarang sudah bisa berwisata lagi, jadi disempatkan ke kawasan adat Ammatoa Kajang setelah dari Bali," katanya.


Ammatoa Suku Kajang di Kabupaten Bulukumba

Ammatoa (kepala suku Kajang) berkata "Di Kajang tala kulle modern" artinya di Kajang tidak bisa modern seperti masyarakat pada umumnya. Untuk berkunjung ke kawasan ini, wisatawan harus menempuh jarak sekitar 270 km dari kota Makassar dan memerlukan waktu kurang lebih 5 jam. Pusat informasi pariwisata suku Kajang Ammatoa.


Kawasan Adat AmmaToa Suku Kajang Bulukumba Sulawesi Selatan YouTube

Masyarakat adat Ammatoa Kajang, Sulawesi Selatan, hidup selaras dengan hutan. Hutan keramat yang disebut borong karrasa tak bisa diakses secara luas oleh masyarakat, hanya dimasuki untuk kepentingan ritual tertentu.. Jika selama ini dilaksanakan dalam kawasan yag disebut rambang seppang, di salah satu bagian hutan yang disakralkan, maka.


Mempelajari Keramahan dan Kearifan Lokal Suku Kajang Ammatoa, Bulukumba Indonesia Kaya

Kawasan adat Ammatoa secara adminisratif masuk dalam desa Tana Towa, Kecamatan Kajang, Bulukumba. Sekira 4 jam perjalanan darat dari Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Kawasan ini berstatus dusun, salah satu dari 9 dusun di desa Tana Towa. Orang biasa menyebut Dusun Benteng atau kawasan Kajang Dalam.


Dispapora Bulukumba Jadikan Kawasan Adat Ammatoa Kajang Seabgai Ikon Wisata Pilar.ID

Saya mengunjungi kampung adat ini pada Agustus 2019. Di pintu masuk Kepala Desa Tana Toa menyambut. Ia menjelaskan serangkaian larangan memasuki kawasan adat seluas 314 hektare di Kecamatan Kajang ini. Ada empat desa yang menghimpun kawasan adat. Selain Tana Toa, juga masyarakat adat Ammatoa berhimpun di desa Pattiroang, Bonto Aji, dan Malleleng.


Mengenal Suku Kajang di Bulukumba Andi Hasbi Jaya

Kawasan Adat Ammatoa Kajang terbuka untuk pengunjung setiap hari Minggu sampai hari Sabtu, dari pukul 08.00 pagi sampai 18.00 sore waktu setempat. Untuk berkunjung wisatawan hanya perlu mengeluarkan biaya tiket masuk sebesar Rp 10.000,- dan biaya untuk menyewa pakaian hitam, namun penyewaan pakaian hitam ini tidaklah wajib dan hanya Anda.


Cerita Bule Prancis Kagumi Ammatoa Kajang, Ikon Wisata Bulukumba yang Jauh dari Kesan Modern

Sebuah hubungan persatuan dan kebersamaan masyarakat Suku Kajang disebut juga dengan assikajangeng yang artinya sama-sama orang Kajang. Ammatoa selalu berusaha menjaga persatuan dan kebersamaan dalam masyarakat kawasan adat, maupun Kajang luar. Salah satu wujud persatuannya adalah bermusyawarah atau yang mereka sebut abborong.


Mengenal lebih dekat kawasan adat Ammatoa Kajang di Bulukumba yang dikunjungi Tyas Mirasih

ABSTRAK Kawasan adat ammatoa suku kajang memiliki nilai kearifan lokal yang bernama " Pasang " , sebuah pesan lisan dari leluhur yang sangat dijaga dan terus jalankan. Hal-hal yang bersifat sakral wajib hukumnya untuk ditaati, karena diyakini akan menimbulkan hal buruk apabila pasang tersebut dilanggar. Oleh karena itu, kondisi kawasan adat.


Suku Adat Kajang Ammatoa Bagian 2 Foto

Salomo berjalan sedikit berjingkrak. Hamparan batu cadas yang memanjang sepanjang jalan memasuki kawasan adat Ammatoa Kajang, yang dilalui tanpa alas kaki membuatnya sesekali meringis. Meski terbiasa berjalan tanpa alas kaki, namun bebatuan menonjol sebegai pengeras jalan itu adalah hal baru baginya. "Kalau di kampung sering berjalan di hutan tanpa alas kaki, namun jalannya hanya tanah. [
]


Mempelajari Keramahan dan Kearifan Lokal Suku Kajang Ammatoa, Bulukumba Indonesia Kaya

Kawasan adat masyarakat Kajang berada dalam wilayah administrasi Desa Tana Toa, berjarak 56 km dari kota Bulukumba. Di antara suku yang ada di Propinsi Sulawesi Selatan, Suku Ammatoa Kajang merupakan salah satu kelompok masyarakat yang kokoh memegang tradisinya.


Bupati Andi Utta Minta Restu Ammatoa, Bantu Bibit Unggul dalam Kawasan Adat

Bagi orang Kajang yang tinggal di kawasan adat, mereka masih menjalankan berbagai tradisi dan ajaran leluhur (Pasang ri Kajang) yang dipimpin dan diawasi oleh Ammatoa. Berikut beberapa tradisi dan aturan adat yang masih bertahan hari ini; Orang luar yang masuk di kawasan adat wajib menggunakan pakaian hitam, dan tidak memakai sendal.


Wisata Budaya Adat Ammatoa ‘Suku Kajang’ dengan Nilai Pakaian Serba Hitam

Mempelajari Kesederhaan di Desa Adat Kajang Ammatoa Bulukumba. DA. Dian Afrillia. 13 Agustus 2021 13.00 WIB ‱ 3 menit. Kabupaten Bulukumba, Kecamatan Kajang, Sulawesi Selatan, memiliki kawasan desa adat yang menarik untuk dikunjungi. Tak melulu soal keindahan alam di sekitarnya, tetapi juga soal tradisi yang masih terus dijaga masyarakatnya.


STRUKTUR LEMBAGA ADAT KAJANG Special Pengetahuan

kawasan Kajang Ammatoa menjadi desa adat dan tujuan wisata, sehingga adat istiadat kawasan Kajang Amatoa tetap terjaga. Tapi tetap saja, sebagai pemimpin biasa, Ammatoa selalu bertindak te gas.


KEINDAHAN WISATA BUDAYA ADAT AMMATOA KAJANG BULUKUMBA SULSEL YouTube

Masyarakat adat Ammatoa Kajang dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu 'Rilalang Embayya' (Tanah Kamase-masea) lebih dikenal dengan nama Kajang Dalam yang dikenal sebagai Kawasan Adat Ammatoa dan 'Ipantarang Embayya' (Tanah Kausayya) atau lebih dikenal dengan nama Kajang Luar. Meskipun terbagi menjadi dua wilayah, tidak ada perbedaan.


Ammatoa Suku Kajang di Kabupaten Bulukumba

Seperti salah satunya yaitu Suku Kajang Ammatoa yang berada di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Jika ingin menemukannya maka perlu melakukan perjalanan sekitar 200 km dari kota Makassar. Keunikan dari suku ini yaitu Anda tidak akan menemukan berbagai perabotan modern, listrik, jalanan aspal, sekolah dan juga alat komunikasi modern.


Kembali ke Alam di Kawasan Adat Ammatoa Where Your Journey Begins

Di tengah-tengah maraknya aksi pembalakan liar oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab akhir-akhir ini, melihat praktek hidup Suku Kajang—atau yang juga disebut masyarakat adat Ammatoa—dalam melestarikan kawasan hutannya seolah-olah memberi secercah harapan bagi kelestarian lingkungan alam.

Scroll to Top